Selasa, 10 Maret 2009

curahan hati q 2


Saat berdiri didepan cermin pagi ini, aku merasa sangat bersyukur pada Allah SWT yang sudah memberi ku begitu banyak rahmat dan karunia selama hidup ku. Aku terus memandangi diri yang terbias dari dalam cermin dengan terus bersyukur. Kembali aku teringat akan perjalanan hidup yang sudah aku lalui sampai hari ini.

Saat aku dilahirkan ke dunia ini melalui perantara rahim bunda ku tersayang, aku hanyalah sebuah tubuh kecil yang tak berdaya. Tak punya kuasa untuk melakukan apa-apa. Aku hanya bisa menangis dan mencoba meraih tangan bunda yang hangat untuk ku jadikan pegangan jiwa yang hampa, kosong tiada warna. Dalam jarak pandang yang masih terbatas, aku mencoba untuk mengenal wajah dunia ciptaan Allah SWT yang luas ini melalui wajah bunda yang teduh dan anggun. Laksana bidadari penerang hidup, wajah itu terus menemani dan memberi cahaya penerang selama aku belum mampu untuk menentukan arah mana yang harus aku jalani.

Tulus cahaya bunda yang selalu menemaniku, tidak hanya menjadi cahaya penerang namun juga penyokong tubuh kecil ku. Dalam peluknya, aku bisa merasakan kehangatan dan kesejukan jiwa. Detakan jantung bunda saat mendekapku adalah irama melodi kehidupan yang pertama kali aku kenal. Suara merdu bunda saat menidurkanku adalah nyanyian indah yang pertama aku ingat. Saat ku telah mampu untuk menopang tubuh kecil ku ini, kau adalah orang pertama yang menangis bahagia untuk ku. Bunda, cinta dan kasih tulus mu telah membuat ku tegar untuk menghadapi segala yang akan terjadi dalam hidup ku. Dan aku juga tau bahwa kau akan selalu berada tak jauh dari ku untuk tetap menjaga dan menolongku saat aku berada dalam susah dan gelisah. Ya...Allah yang Maha Agung, terima kasihku pada-Mu karena Kau telah memberiku anugrah yang begitu besar sampai hari ini.

Ayahanda...kau adalah kekuatan lain yang aku miliki. Tak kuingat sudah berapa ribu juta cucuran keringat yang keluar dari tubuhmu hanya untuk membesarkan tubuh kecilku yang tak berdaya. Kalau ujung lautan tidak dapat kulihat jelas, maka lukisan peluh laksana lautan yang terpanjar diwajah mu dapat dengan jelas aku lihat. Ku tak ingat sudah berapa ribu juta kali aku membuat lukisan itu semakin tebal dan tebal di wajah mu. Maaf kan ananda kalau sampai hari ini ananda belum bisa membuat lukisan peluh itu menjadi samudera dan lautan yang teduh dan maha agung agar kita semua dapat hidup didalamnya dengan berjuta bahagia. Maaf kan juga ananda kalau sampai hari ini masih saja membuat lautan peluh di wajah ayahanda semakin terkuras.

Insya Allah, dengan kuasa dan rahmat dari-Nya, ananda akan coba sekuat tenaga untuk memberikan warna yang terbaik untuk melukiskan dunia kecil ananda yang adalah milik Allah SWT yang saat ini diserahkan sementara pada bunda dan ayahanda dengan warna yang dapat memberi rahmat kepada semua orang, sehingga juga mampu melukiskan dunia ayahanda dan bunda dengan warna yang sama agar kita bisa bersama menjaga warna itu selamanya.

Ayahanda dan Bunda ku, kasih sayang kalian berdualah yang sudah membawaku berjalan jauh dalam dunia ku yang kecil ini. Doa tulus mu berdua akan selalu menjadi obor penerang jalan ku yang terkadang gelap tanpa cahaya. Ya...Allah, berilah aku daya untuk berbuat yang terbaik dalam mengisi dunia ku yang kecil ini, sehingga kecilnya duniaku tidak membuat aku menjadi manusia yang kecil pula. Namun sebaliknya, bisa menjadikan ku manusia yang besar dalam dunia ku yang kecil sehingga aku bisa membawa mereka yang menyanyangi ku masuk bersama kedalamnya. Amin ya Rabbal'alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar